BUDIDAYA PERAIRAN 2010

The local people believe that the raja ampat region was formerly ruled by four kings who hatched from four eggs. They shared the are and lived together in peace by establishing four territorial alliances, or traditional kingdoms.
The four territories ruled by the kings are now know as pulau waigeo, pulau misool, pulau batanta and pulau salawati. Together with around 600 smaller islands, these four major islands now comprise raja ampat regency.
Administratively, raja ampat lives within the province of west papua; geographically, it extends north and northwest from sorong, covering 4.6 million
In 2007, raja ampat regency was declared a maritime regency by the Indonesian minister of maritime affairs and fisheries.
A divers paradise
The islands of raja ampat were visited by several European explorers in the nineteenth century. In 1860, the renowned British researcher sir Alfred Wallace spent three months in waigeo studying birds and insects.
Diving activities began in raja ampat in early 1990s, but the area remained relatively unknown until the 2000s.
Attracted by the reports of biological diversity in the raja ampat islands, since 2002 several world conservation organizations have been conducting research. The survey result are amazing: raja ampat is home to at least 537 species of coral – 75 % of all coral species known in the world – as well as at least 1074 fish species.
Thanks to these discoveries, raja ampat has been declared the center of the world coral triangle, with the greatest biodiversity found anywhere. A renowned scientist, Dr. Gerald Allen, says that in just one dive he recorded 283 fish species, far higher than the average diversity level of 183.6 species.
With these survey results, the eyes of the world turned to raja Ampat, over the past few years, raja ampat has become known as one of the world’s best diving regions. The limited facilities did not deter enthusiasts explorers were enticed by the chance to encounter rate creatures or even discover new species.
The islands of raja ampat extend over quite a large area; to explore the islands properly, you need highly mobile transport facilities. More than 15 diving ships now operate regularly, enabling visitors to explore the entire raja Ampat area, As well as providing transports to diving sites, these tour ships also offer full accommodation, just like floating hotels. And if you’d prefer to relax on the beach and interact with the local people and their culture, resort accommodation is available on several islands near Waisal and Misool, which are surrounded by extraordinary diving sites.
Live – aboard and land-based accommodations each have their advantages; together, they complement one another and offer a truly different experience.
All foreign tourists entering the area are required to pay an entrance fee of Rp 500.000, which entitles them to visit for one year; for domestic tourists, the fee is Rp 250.000. the entrance fee can be paid at a counter at the airport or through any live – aboard or land – based dive tour operator in Raja Ampat.
The 36 - nautical – mile journey from Sorong to Waisai takes 2 to 2½ hours by speedboat. We docked at an area near Waisai to visit Waiwo , an area managed by the Raja Ampat regency government as a local development facility. Waiwo has several guest houses, and diving facilities such as scuba tanks and air compressors.
Waiwo is located near Waisai, just ten minutes away by speedboat; it takes only 20 to 30 minutes to reach the best diving sites in the area. To visit the Manta Point at Arborek island takes around 90 minutes.
For those who enjoy “muck diving” (diving to dig for unusual creatures in the sand, dead reefs and/or slime), the dock at Saonek is the perfect place.
The diving sites near Waiwo include Sardine Reef, Mike’s Point, The Passage, Cape Ri, and Mansuar Reef. Here you regularly encounter schools of fusiliers, jacks, snapper, and anthias. Though reef damage is evident in a few places, most of the reef coverage is still excellent.
One unusual species that can be seen here fairly easily is the pygmy sea horse, a tiny creature (± 1-2 cm) that lives in symbiosis with gorgonians and in the gaps between hydroids living in the coral reefs. Another rare species found here is a shark seldom found elsewhere, the wobbegong shark, which conceals it self among the reefs and plays dead. You can get quite close to them, but mustn’t touch them or disturb them in any way; though they seem very passive, they are very dangerous and likely to bite.
To the south of Waiwo is pulau Saonek, the administrative capital of south Waigeo District. For those who enjoy “muck diving” (diving to dig for unusual creatures in the sand, dead reefs and/or slime), the dock at saonek is the perfect place. Living in the shallow waters below the pier are several rare species of octopus, such as the mimic octopus, often called the “wonderpus”, which camouflages itself by imitating various fish species to avoid detection by predators.
Also found here is the blue ring octopus, a small but highly venomous octopus that can be recognized by the blue rings that appear when it is stressed or otherwise disturbed. Never try to touch this beautiful creature ! Other exotic species found here include the ghost pipefish, mantis shrimp, and crocodile fish.
A short journey to the west takes us to pulau Arborek, home to schools of manta rays. The currents run swift here, and you can see the schools of mantas playing while seeking food. Bellow the simple pier at Arborek you can find many other schools of fish, ideal subjects for photographs.
There’s always more to say about the beauty of Raja Ampat ; every time you dive, you discover something new and unusual.











Orang-orang setempat percaya bahwa daerah Raja Ampat sebelumnya diperintah oleh empat raja yang menetas dari empat telur. Mereka berbagi adalah dan hidup bersama dalam damai dengan mendirikan empat aliansi teritorial, atau kerajaan tradisional.
Empat wilayah yang diperintah oleh raja-raja sekarang dikenal sebagai Pulau Waigeo, Pulau Misool, Pulau batanta dan Pulau Salawati. Bersama dengan sekitar 600 pulau kecil, empat pulau utama ini sekarang terdiri dari Kabupaten Raja Ampat.
Secara administratif, Raja Ampat hidup dalam provinsi papua barat; geografis, ia meluas ke utara dan barat laut dari Sorong, yang meliputi 4.600.000
Pada tahun 2007, Kabupaten raja Ampat dinyatakan sebagai kabupaten maritim oleh menteri Indonesia kelautan dan perikanan.
Sebuah surga penyelam
Pulau-pulau Raja Ampat didatangi oleh beberapa penjelajah Eropa di abad kesembilan belas. Pada tahun 1860, peneliti Inggris terkenal Sir Alfred Wallace menghabiskan tiga bulan di Waigeo mempelajari burung dan serangga.
kegiatan Diving dimulai di Raja Ampat pada awal 1990-an, tetapi kawasan itu tetap relatif tidak diketahui sampai tahun 2000-an.
Tertarik oleh laporan keanekaragaman hayati di kepulauan Raja Ampat, sejak tahun 2002 beberapa lembaga konservasi dunia telah melakukan penelitian. Hasil survei yang luar biasa: Raja Ampat adalah rumah bagi setidaknya 537 spesies karang - 75% dari semua spesies karang yang dikenal di dunia - serta setidaknya 1.074 spesies ikan.
Berkat penemuan ini, Raja Ampat telah dinyatakan sebagai pusat segitiga karang dunia, dengan keanekaragaman hayati terbesar ditemukan di mana saja. Seorang ilmuwan terkenal, Dr Gerald Allen, mengatakan bahwa hanya dalam satu menyelam ia mencatat 283 spesies ikan, jauh lebih tinggi daripada tingkat rata-rata 183,6 keragaman spesies.
Dengan hasil survei ini, mata dunia beralih ke raja Ampat, selama beberapa tahun terakhir, Raja Ampat telah menjadi dikenal sebagai salah satu daerah terbaik di dunia menyelam. Fasilitas yang terbatas tidak menghalangi penjelajah penggemar yang tertarik dengan kesempatan untuk menghadapi makhluk menilai atau bahkan menemukan spesies baru.
Pulau-pulau Raja Ampat memperpanjang atas cukup luas, untuk menjelajahi pulau-pulau dengan benar, Anda membutuhkan fasilitas transportasi bermobilitas tinggi. Lebih dari 15 kapal selam yang beroperasi secara teratur, memungkinkan pengunjung untuk menjelajahi daerah raja Ampat seluruh, Selain menyediakan angkutan ke situs menyelam, kapal wisata ini juga menawarkan akomodasi penuh, seperti hotel terapung. Dan jika Anda lebih memilih untuk bersantai di pantai dan berinteraksi dengan masyarakat lokal dan budaya mereka, akomodasi resor ini tersedia di beberapa pulau dekat Waisal dan Misool, yang dikelilingi oleh situs menyelam yang luar biasa.
Live - pesawat dan akomodasi darat masing-masing memiliki keuntungan mereka, bersama-sama, mereka melengkapi satu sama lain dan menawarkan pengalaman yang benar-benar berbeda.
Semua wisatawan asing yang memasuki daerah tersebut diwajibkan untuk membayar biaya masuk sebesar Rp 500.000, yang memberikan hak mereka untuk mengunjungi selama satu tahun; bagi wisatawan domestik, biaya sebesar Rp 250,000. biaya masuk dapat dibayar di loket di bandara atau melalui hidup - kapal atau tanah - operator tur berbasis menyelam di Raja Ampat.
36 - bahari - mil perjalanan dari Sorong ke Waisai membutuhkan 2-2 ½ jam dengan speedboat. Kami merapat di daerah dekat Waisai untuk mengunjungi Waiwo, sebuah wilayah yang dikelola oleh pemerintah Kabupaten Raja Ampat sebagai sarana pembangunan daerah. Waiwo memiliki beberapa guest house, dan fasilitas menyelam seperti scuba tank dan kompresor udara.
Waiwo terletak dekat Waisai, hanya sepuluh menit perjalanan dengan speedboat, yang diperlukan hanya 20 sampai 30 menit untuk mencapai tempat-tempat menyelam terbaik di daerah tersebut. Untuk mengunjungi Manta Point di pulau Arborek berlangsung sekitar 90 menit.
Bagi mereka yang senang "menyelam kotoran" (menyelam untuk menggali untuk makhluk yang tidak biasa di pasir, karang mati dan / atau lendir), dermaga di Saonek adalah tempat yang tepat.
Situs-situs menyelam di dekat Waiwo termasuk Sarden Reef, Mike's Point, The Passage, Tanjung Ri, dan Mansuar Reef. Di sini Anda secara teratur menemukan sekolah dari penembak-penembak, jack, snapper, dan anthias. Meskipun kerusakan terumbu terbukti di beberapa tempat, sebagian besar cakupan terumbu karang masih bagus.
Salah satu spesies yang tidak biasa yang dapat dilihat di sini cukup mudah adalah kuda laut kerdil, makhluk kecil (± 1-2 cm) yang hidup dalam simbiosis dengan gorgonia dan kesenjangan antara hidroid hidup di terumbu karang. Lain spesies langka ditemukan di sini adalah hiu jarang ditemukan di tempat lain, ikan hiu wobbegong, yang menyembunyikan diri di antara terumbu dan memainkan mati. Anda bisa mendapatkan cukup dekat dengan mereka, tetapi tidak boleh menyentuh mereka atau mengganggu mereka dengan cara apapun, meskipun mereka terlihat sangat pasif, mereka sangat berbahaya dan kemungkinan menggigit.
Untuk bagian selatan Waiwo adalah Pulau Saonek, ibukota administratif Distrik Waigeo selatan. Bagi mereka yang senang "menyelam kotoran" (menyelam untuk menggali untuk makhluk yang tidak biasa di pasir, karang mati dan / atau lendir), dermaga di saonek adalah tempat yang tepat. Hidup di perairan dangkal di bawah dermaga adalah beberapa spesies langka gurita, seperti meniru gurita, sering disebut "wonderpus", yang camouflages sendiri dengan meniru berbagai spesies ikan untuk menghindari deteksi oleh predator.
Juga ditemukan di sini adalah gurita cincin biru, gurita kecil tapi sangat berbisa yang dapat diakui oleh cincin biru yang muncul saat stres atau sebaliknya terganggu. Jangan pernah mencoba menyentuh makhluk indah! spesies eksotik lainnya ditemukan di sini termasuk ikan ghost pipefish, mantis udang, dan ikan buaya.
Sebuah perjalanan singkat ke barat membawa kami ke Pulau Arborek, rumah bagi sekolah-sekolah pari manta. Arus lari cepat di sini, dan Anda dapat melihat sekolah dari manta bermain sambil mencari makanan. Di bawah dermaga sederhana di Arborek Anda bisa menemukan banyak sekolah lain ikan, subjek ideal untuk foto.
Selalu ada lagi yang bisa dikatakan tentang keindahan Raja Ampat; menyelam setiap kali Anda, Anda menemukan sesuatu yang baru dan tidak biasa.